MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI MENGIKUTI PELATIHAN PEMANFAATAN BAMBU MENJADI SUMBER BISNIS, BERTEMPAT DI YAYASAN BAMBU INDONESIA BUMI CIBINONG INDAH DIBIMBING LANGSUNG OLEH BAPAK JATNIKA NANGGAMIHARJA

Jumat, 25 November 2011

Bisnis Bambu Petung

Bambu Petung atau Betung (Dendrocalamus asper) , tumbuh subur di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi bahkan sampai ke kawasan timur Indonesia. Pemanfaatan bambu petung sebagai bahan bangunan telah dilakukan sejak lama, terutama untuk bahan penyangga atap rumah seperti reng dan usuk. Di Jawa Tengah, khususnya Magelang, bisnis reng bambu ini telah ada sejak lama dan masih bertahan hingga kini.

Berbeda dengan warga di kota besar, banyak warga Kabupaten Magelang lebih menyukai bambu petung sebagai bahan usuk dan reng ketimbang kayu. Hal itu tidak terlepas dari kualitas dan daya tahan bambu petung yang bisa mencapai puluhan tahun.


Karena itu, tidak heran jika pedagang penjual usuk bambu petung itu tersebar di sejumlah daerah. Di sepanjang jalan Kecamatan Grabak sampai Kecamatan Ngablak puluhan pedagang usuk bambu petung berjejer di pinggir-pinggir jalan.


Di lokasi itu, mereka biasanya tidak hanya sekedar berdagang. Mereka juga menjadikan lokasi tersebut sebagai ‘rumah kerja’. Bambu-bambu yang mereka borong dari daerah pedalaman mereka tampung sementara di rumah kerja itu. Selanjutnya, bambu-bambu itu mereka belah dengan lebar 8 cm dan panjang antara 3,5 m sampai 5 meter.


Panjang pendek usuk dan reng disesuaikan dengan pesanan pelanggan. Hal itu karena pembeli biasanya memborong berdasarkan ukuran rumah masing-masing. "Dalam sehari kami bisa menjual sampai ribuan meter usuk," kata salah satu perdagang Daromi.


Daromi, yang membuka usaha di Desa Telogoreo, Grabak mengatakan, meski panjang usuk antara 3,5-5 m namun harga jualnya dihitung per meter. Ini dilakukan untuk mempermudah penghitungan harga.


Para pembeli ternyata tidak hanya berasal dari warga Grabak, Ngablak dan Pakis saja. Banyak pembeli datang dari Kendal, dan Kota Semarang. Maklum, bambu petung asal Magelang memang sudah terkenal kualitas dan daya tahannya yang bisa mencapai 35 tahun.


Ikhwal keawetan bambu petung itu dibenarkan Saefudin, warga Pedurungan Kota Semarang. Pegawai PNS di KPUD Kabupaten Magelang itu mengaku rumahnya di Semarang menggunakan bambu petung dari Magelang. Ia tertarik dengan bambu petung karena keawetannya. "Rumah orang tua saya menggunakan bambu petung untuk usuk dan reng. Sudah sejak tahun 1973 namun sampai skarang masih kokoh, tidak ada keropos sama sekali," kata dia.


Menurut Saifudin perawatan bambu petung juga relatif mudah dan tidak ribet. Yang perlu diingat pemotongan bambu petung tidak bisa dilakukan sembarang waktu. Ada waktu-waktu khusus agar bambu awet tidak dimakan bubuk (penyakit).


Selain itu, agar awet bambu petung harus direndam ke dalam air berlumpur selama beberapa bulan. Akan lebih baik jika perendaman dilakukan selama setahun penuh. Perendaman ini akan membunuh hewan-hewan kecil yang ada di dalam batang bambu.


Mengingat tidak semua penggemar bambu petung memiliki kolam perendaman, para pedagang melihat hal itu sebagai ceruk bisnis. Mereka memberikan pilihan kepada pelanggan apakah ingin membeli bambu yang sudah direndam atau belum. Harga bambu yang sudah direndam tentu lebih mahal sedikit. "Meski lebih mahal namun awet dan tidak gampang keropos," tegas Daromi.


sumber: pakarbisnisonline.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar