MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI MENGIKUTI PELATIHAN PEMANFAATAN BAMBU MENJADI SUMBER BISNIS, BERTEMPAT DI YAYASAN BAMBU INDONESIA BUMI CIBINONG INDAH DIBIMBING LANGSUNG OLEH BAPAK JATNIKA NANGGAMIHARJA

Jumat, 25 November 2011

Jatnika Nanggamiharja: Pendekar Penghijauan & Pengekspor Rumah Bambu Dari Cimande



Hidup Jatnika Nanggamiharja, pria kelahiran Cikidang, Sukabumi, 2 Oktober 1956 ini tak terpisahkan dari tanaman bambu. Ia telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu di dalam dan luar negeri. Ia sisihkan keuntungan bisnisnya untuk penghijauan tebing sungai.
Di lahan seluas 5.000 meter persegi milik Yayasan Bambu Indonesia  di Bumi Cibinong Indah, Bogor, Jawa Barat, Jatnika melatih tenaga ahli pembuatan rumah bambu. Mereka dibekali kemampuan olahraga bela diri pencak silat Cimande. Ilmu bela diri khas Jawa Barat ini memberi bekal kekuatan sehingga mereka mampu membangun rumah bambu yang ikatannya kuat dan tahan lama. Ia menjadi Ketua Pembina Senam Pencak Silat Cimande Hijaiah dari tahun 2010 hingga sekarang.

Jatnika telah melatih lebih dari 20 angkatan tenaga ahli bambu yang masing-masing terdiri atas 25 orang. Mereka dilatih untuk mampu mengikat kuat setiap bambu dengan sepuluh macam ikatan tali ijuk. Mereka sanggup merakit bambu betung, bambu gombong, bambu tali, hingga bambu hitam yang diameternya bisa mencapai 20 sentimeter.
Produk rumah bambu itu menjadi komoditas ekspor. Demi kualitas, Jatnika hanya menyanggupi dua permintaan ekspor rakitan rumah bambu knock down (bongkar pasang) per tahun. Proses pembangunan rumah bambu di luar negeri juga hanya dilakukan dengan tenaga ahli yang sudah dididik Jatnika. Permintaan ekspor rumah bambu, antara lain berasal dari Malaysia, Brunei, dan Arab Saudi.
Pembangunan tiap rumah bambu biasanya memakan waktu tiga bulan. Sejak tahun 1985, kata Jatnika, pihaknya telah membangun lebih dari 3.000 rumah bambu. Ia pernah menerima penghargaan sebagai pembuat rumah bambu tradisional terbanyak dari Ikatan Arsitek Indonesia pada tahun 2009.
Jatnika mematok biaya pembangunan rumah antara Rp 1,2 juta hingga Rp 2,5 juta per meter persegi dan luas satu rumah rata-rata 50 meter persegi.

Jatnika hidup sederhana di rumah bambu miliknya yang menyatu dengan kawasan Yayasan Bambu Indonesia, yang dipimpin dan dikelolanya sejak 1995. Keuntungan yang diperolehnya dari pembangunan rumah bambu juga dimanfaatkan untuk pengadaan bibit, yang kemudian ditanam sebagai upaya penghijauan.
”Saya sebar kembali untuk penanaman. Kebahagiaan tidak selamanya terletak di materi,” kata suami dari Marsidah dan ayah dari 6 anak ini.
Penghijauan terutama dilakukan di sekitar sungai sebagai penahan tebing. Bambu yang ditanamnya sudah merimbun di bantaran Sungai Ciliwung, Cisadane, dan Ciluwer. Di kampung halamannya, Jatnika menanam lebih dari 10 hektar bambu di tepian sungai Cimande. Tanaman bambu tersebut tak sekadar mencegah erosi sungai, tapi juga memberi kesejahteraan bagi warga sekitar.
Selain rumah, Jatnika juga membangun pesantren miliknya dari bambu. Jika membangun 10 masjid atau mushala dari bambu, Jatnika menyumbangkan satu mushala secara gratis. Impiannya adalah menyaksikan rumah bambu menjadi ciri khas utama ketika orang memasuki wilayah Jawa Barat.

Prabu Haur Kuning
Jatnika meyakini, fatwa bambu yang dulu dilontarkan oleh Prabu Haur Kuning, putra Prabu Siliwangi dari istri ke-11. Prabu Haur Kuning yang hanya memiliki wilayah kekuasaan seluas 1.200 depa mampu mewujudkan kesejahteraan rakyatnya dari penanaman bambu.
Tiga fatwa bambu itu menyebutkan, jika Nusantara ingin sejahtera, tidak dihinggapi penyakit menular, dan tidak dijajah, maka tiap keluarga minimal harus menanam 1.000 rumpun bambu. Melalui penanaman bambu, akan tercipta kesejahteraan, kesehatan, dan pertahanan negara.
Jatnika pribadi mengaku sangat merasakan buah kesejahteraan karena bambu. Dari penanaman 1.000 rumpun bambu betung berumur lima tahun, misalnya, dia bisa memanen 20.000 batang bambu. Dengan harga jual Rp 30.000 per batang, Jatnika sudah bisa memperoleh Rp 600 juta per panen, setahun sekali.
Nilai jual tersebut akan semakin tinggi setelah disentuh dengan keahlian, seperti dibuat menjadi kipas, sangkar burung, dan beragam alat dapur. Tiap tahun, kata Jatnika, minimal lima batang dari serumpun bambu harus ditebang agar pertumbuhan bambu tak terhambat.
Satu rumpun bambu yang terdiri dari 50 batang mampu menyimpan 2.000 liter air. Tak heran jika orang di pedesaan biasa membuat sumur di dekat rumpun bambu.
Tinggal di rumah bambu, menurut Jatnika, juga mampu memberi kenyamanan. Resonansi dengung panjang berbunyi dari rongga bambu mampu menumbuhkan ketenangan bagi penghuninya. ”Kita ini bersaudara dengan bambu. Bunyi nggg… yang sama bisa kita dengar ketika menutup telinga dengan tangan. Itulah kenapa sangat nyaman tidur di rumah bambu,” ujar Ketua Paguyuban Perajin Bambu Kidang Kencana sejak tahun 1974 ini.

Mulai sebagai penganyam
Sejak duduk di bangku SD IV di Cibadak, Sukabumi, Jatnika sudah menganyam bambu untuk dijual. Orangtuanya berprofesi sebagai perajin bambu. Tiap malam, ketika masih memakai seragam SMP I Cibadak, Sukabumi dan SMA 424 Cibadak, Sukabumi, kepada teman-temannya Jatnika juga mengajar cara menganyam bambu serta melatih pencak silat Cimande.
Setelah kuliahnya selesai di Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta tahun 1981, Jatnika menekuni bisnis pembangunan rumah bambu sembari bekerja di perusahaan penerbitan. Ekspor kerajinan bambu mulai dijalaninya tahun 1985 ke Taiwan, dan sejak saat itu dia fokus menggeluti usaha bambu. Usaha kerajinan bambunya kala itu berkembang dengan lima sanggar di Jakarta.
Ketika ikut pameran rumah bambu di Lapangan Banteng tahun 1995, Ketua Dewan Kerajinan Nasional kala itu, Nyonya Tri Sutrisno, mengajaknya mendirikan Yayasan Bambu Indonesia. Sejak itulah Jatnika melebarkan sayap ekspor rumah bambunya. Yayasan Bambu Indonesia hingga kini masih aktif mendidik para ahli pembuat rumah bambu.
Jatnika mengaku hingga kini sudah mengembangkan 41 model rumah tradisional bambu khas Jawa Barat. Bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II, dia telah mematenkan hak cipta untuk rumah bambu semi permanen pada 2006.
Indonesia kaya dengan 105 spesies endemik asli bambu yang 95 di antaranya ditemukan di Jawa Barat. Namun, Jatnika merasa resah karena bambu masih dianggap tanaman liar, tanpa adanya penanaman yang terprogram.
Berdasar catatan Jatnika, hampir 1.000 hektar hutan bambu di Bogor ditebang dalam kurun lima tahun terakhir. Padahal, katanya, kehidupan masyarakat Indonesia tidak lepas dari budaya bambu, mulai dari keperluan bahan baku rumah hingga makanan.
Sumber: Kompas

Kerajinan Bambu Bangli Tetap Eksis di Tengah krisis Global

 

Di tengah krisis ekonomi dunia yang sedang berlangsung, ternyata produk kerajinan anyaman bambu di Bangli tetap tinggi. Khususnya untuk kebutuhan rumah tangga dan upacara agama.





‘’Kami bersyukur, permintaan di pasar lokal masih tetap ada,’’ ungkap salah seorang perajin anyaman bambu asal Kayubihi, belum lama ini.
Menurutnya, memang produk untuk ekspor mengalami gangguan dari segi permintaan.
Namun jumlah perajin yang selama ini memfokuskan produk kerajinannya untuk ekspor relatif kecil, dibandingkan dengan mereka yang memenuhi pesanan lokal.

‘’Bagi rekan kami yang menjual produk untuk ekspor, saat ini mengalami cobaan yakni terjadinya penurunan permintaan. Akan tetapi bagi kami kondisinya masih tetap stabil,’’ ungkapnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bangli, Drs. I Dewa Gede Suparta, M.M., dalam satu kesempatan mengakui, produk kerajinan anyaman bambu Bangli bukan hanya untuk produk ekspor, namun juga banyak untuk produk dalam negeri maupun untuk lokal.

‘’Produk ekspor biasanya hanya diproduksi oleh perajin tertentu saja, sementara usaha anyaman bambu di Bangli banyak yang dikerjakan hanya sebagai usaha sampingan,’’ tegas Suparta.
Untuk pasar dalam negeri, lanjut Suparta, permintaan produk anyaman bambu masih tetap ada. Khususnya untuk pasar-pasar di kota besar. ‘’Ketika kami mengikuti pameran produk kerajinan di Jakarta beberapa waktu lalu, produk anyaman bambu Bangli menduduki urutan kedua dari hasil penjualan setelah bunga kering,’’ jelas Suparta.

Di tengah krisis yang terjadi, lanjutnya, pihaknya tengah menggencarkan pemasaran produk anyaman bambu bangle untuk pasar lokal, baik untuk warga Bali maupun pasar luar daerah khususnya di kota besar di Jawa. ‘’Kami hanya mengajak perajin untuk lebih inovatif lagi, sehingga muncul produk lain yang disenangi konsumen,’’ tegas Suparta.
Sumber : bisnisbali.com

Makan Rebung, bikin langsing dan anti kanker

Jakarta, Dibanding sayuran lain seperti sawi atau brokoli, bambu muda alias rebung terdengar kurang bergengsi. Namun dilihat dari kandungannya, makan rebung bisa memberikan banyak manfaat mulai dari menurunkan berat badan hingga mencegah kanker.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety mengungkap, rebung banyak mengandung antioksidan. Kandungan ini bisa menangkal radikal bebas, senyawa berbahaya yang bisa memicu pertumbuhan kanker.

Menurut penelitian tersebut, jenis antioksidan yang terdapat dalam rebung adalah fitosterol. Ilmu pengobatan tradisional China mengatakan, herbal dengan kandungan ini juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah.

Selain antioksidan, kandungan serat yang tinggi pada rebung juga bisa mengurangi risiko kanker khususnya di saluran pencernaan. Di dalam usus, serat bisa berfungsi sebagai sikat yang akan menyingkirkan berbagai pengotor sekaligus pemicu kanker.

Bagi yang sedang berusaha melangsingkan tubuh, serat membuat perut terasa kenyang lebih lama sehingga nafsu makan lebih mudah dikendalikan. Serat juga sulit atau kadang bahkan tidak bisa dicerna oleh tubuh sehingga tidak akan membuat gemuk.

Dalam menunjang program diet, kelebihan lain dari rebung adalah kandungan lemak dan gulanya yang rendah. Sebagai gantinya, sayuran ini banyak mengandung protein yang berfungsi untuk menjaga kesehatan sel-sel di dalam tubuh supaya bisa berfungsi dengan baik.

Meski banyak manfaatnya, konsumsi rebung sebagai sayuran hanya populer di Asia. Dikutip dari The Independent, Senin (6/6/2011), konsumsi rebung di seluruh dunia hanya sekitar 2 juta ton/tahun dengan kontribusi terbesar adalah China yakni 1,3 juta ton/tahun. 


AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Bisnis Bambu Petung

Bambu Petung atau Betung (Dendrocalamus asper) , tumbuh subur di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi bahkan sampai ke kawasan timur Indonesia. Pemanfaatan bambu petung sebagai bahan bangunan telah dilakukan sejak lama, terutama untuk bahan penyangga atap rumah seperti reng dan usuk. Di Jawa Tengah, khususnya Magelang, bisnis reng bambu ini telah ada sejak lama dan masih bertahan hingga kini.

Berbeda dengan warga di kota besar, banyak warga Kabupaten Magelang lebih menyukai bambu petung sebagai bahan usuk dan reng ketimbang kayu. Hal itu tidak terlepas dari kualitas dan daya tahan bambu petung yang bisa mencapai puluhan tahun.


Karena itu, tidak heran jika pedagang penjual usuk bambu petung itu tersebar di sejumlah daerah. Di sepanjang jalan Kecamatan Grabak sampai Kecamatan Ngablak puluhan pedagang usuk bambu petung berjejer di pinggir-pinggir jalan.


Di lokasi itu, mereka biasanya tidak hanya sekedar berdagang. Mereka juga menjadikan lokasi tersebut sebagai ‘rumah kerja’. Bambu-bambu yang mereka borong dari daerah pedalaman mereka tampung sementara di rumah kerja itu. Selanjutnya, bambu-bambu itu mereka belah dengan lebar 8 cm dan panjang antara 3,5 m sampai 5 meter.


Panjang pendek usuk dan reng disesuaikan dengan pesanan pelanggan. Hal itu karena pembeli biasanya memborong berdasarkan ukuran rumah masing-masing. "Dalam sehari kami bisa menjual sampai ribuan meter usuk," kata salah satu perdagang Daromi.


Daromi, yang membuka usaha di Desa Telogoreo, Grabak mengatakan, meski panjang usuk antara 3,5-5 m namun harga jualnya dihitung per meter. Ini dilakukan untuk mempermudah penghitungan harga.


Para pembeli ternyata tidak hanya berasal dari warga Grabak, Ngablak dan Pakis saja. Banyak pembeli datang dari Kendal, dan Kota Semarang. Maklum, bambu petung asal Magelang memang sudah terkenal kualitas dan daya tahannya yang bisa mencapai 35 tahun.


Ikhwal keawetan bambu petung itu dibenarkan Saefudin, warga Pedurungan Kota Semarang. Pegawai PNS di KPUD Kabupaten Magelang itu mengaku rumahnya di Semarang menggunakan bambu petung dari Magelang. Ia tertarik dengan bambu petung karena keawetannya. "Rumah orang tua saya menggunakan bambu petung untuk usuk dan reng. Sudah sejak tahun 1973 namun sampai skarang masih kokoh, tidak ada keropos sama sekali," kata dia.


Menurut Saifudin perawatan bambu petung juga relatif mudah dan tidak ribet. Yang perlu diingat pemotongan bambu petung tidak bisa dilakukan sembarang waktu. Ada waktu-waktu khusus agar bambu awet tidak dimakan bubuk (penyakit).


Selain itu, agar awet bambu petung harus direndam ke dalam air berlumpur selama beberapa bulan. Akan lebih baik jika perendaman dilakukan selama setahun penuh. Perendaman ini akan membunuh hewan-hewan kecil yang ada di dalam batang bambu.


Mengingat tidak semua penggemar bambu petung memiliki kolam perendaman, para pedagang melihat hal itu sebagai ceruk bisnis. Mereka memberikan pilihan kepada pelanggan apakah ingin membeli bambu yang sudah direndam atau belum. Harga bambu yang sudah direndam tentu lebih mahal sedikit. "Meski lebih mahal namun awet dan tidak gampang keropos," tegas Daromi.


sumber: pakarbisnisonline.blogspot.com

Kamis, 24 November 2011

Jenis-jenis Bambu di Indonesia

Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik.
Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang dan beruas. Bambu merupakan anggota famili Poaceae yang terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari.
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia.
Berikut beberapa jenis (spesies) bambu yang ditemukan tumbuh di Indonesia.
  • Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend ditemukan di Jawa.
  • Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. (Pring Ori) di Jawa dan Sulawesi.
  • Bambusa atra Lindl. (Loleba) di Maluku.
  • Bambusa balcooa Roxb. Di Jawa.
  • Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. (Bambu Duri) di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
  • Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. (Bambu Pagar; Cendani) di Jawa.
  • Bambusa horsfieldii Munro. (Bambu Embong) di Jawa.
  • Bambusa maculata (Bambu Tutul; Pring Tutul) di Bali. 
    Bambu Tutul (Bambusa maculata)
     Bambu Tutul (Bambusa maculata)

  • Bambusa multiplex (Bambu Cendani; Mrengenani) di Jawa.
  • Bambusa polymorpha Munro. Di Jawa.
  • Bambusa tulda Munro. Di Jawa.
  • Bambusa tuldoides (Haur Hejo) di Jawa
  • Bambusa vulgaris Schard. (Awi Ampel; Haur Kuneng; Haur Hejo; Pring Kuning) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. 
    Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)
    Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)

  • Dendrocalamus asper (Bambu Petung) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.
  • Dendrocalamus giganteus Munro. (Bambu Sembilang) di Jawa
  • Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. (Bambu Batu) di Jawa.
  • Dinochloa scandens (Bambu Cangkoreh; Kadalan) di Jawa.
  • Gigantochloa apus Kurz. (Bambu Apus; Bambu Tali) di Jawa. 
    Bambu Apus (Gigantochloa apus)
    Bambu Apus (Gigantochloa apus)

  • Gigantochloa atroviolacea (Bambu Hitam; Bambu Wulung; Gombong) di Jawa. 
    Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea)
    Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea)

  • Gigantochloa atter (Bambu Legi; Bambu Ater; Buluh; Jawa Benel; Awi Ater; Awi Kekes) di Jawa. 
    Bambu Legi (Gigantochloa atter)
    Bambu Legi (Gigantochloa atter)

  • Gigantochloa achmadii Widjaja. (buluh Apus) di Sumatera.
  • Gigantochloa hasskarliana (Bambu Lengka Tali) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  • Gigantochloa kuring (Awi Belang) di Jawa.
  • Gigantochloa levis (Blanco) Merr. (Bambu Suluk) di Kalimantan.
  • Gigantochloa manggong Widjaja. (Bambu Manggong) di Jawa.
  • Gigantochloa nigrocillata Kurz (Bambu Lengka; Bambu Terung; Bambu Bubat) di Jawa.
  • Gigantochloa pruriens (buluh Rengen) di Sumatera.
  • Gigantochloa psedoarundinaceae (Bambu Andong; Gambang Surat; Peri) di Jawa.
  • Gigantochloa ridleyi Holtum. (Tiyang Kaas) di Bali.
  • Gigantochloa robusta Kurz. (Bambu Mayan; Temen Serit) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  • Gigantochloa waryi Gamble (Buluh Dabo) di Sumatera
  • Gigantochloa verticillata (bambu Hitam)
  • Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. Di Jawa.
  • Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. (Bambu Eul-eul) di Jawa.
  • Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera (Bambu Uncea; Bambu Buluh Kecil) di Jawa.
  • Schizotachyum blunei Ness. (Bambu Wuluh; Bambu Tamiang) di Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
  • Schizotachyum brachycladum Kuez. (Bambu Buluh Besar; Buluh Nehe; Awi Buluh; Ute Watat; Tomula) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
  • Schizotachyum candatum Backer ex Heyne (buluh Bungkok) di Sumatera.
  • Schizotachyum lima (Blanco) Merr. (Bambu Toi) di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Irian.
  • Schizotachyum longispiculata Kurz. (Bambu Jalur) di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
  • Schizotachyum zollingeri Stend. (Bambu Jala; Cakeutreuk; Bambu Lampar) di Sumatera dan Jawa.
  • Thryrsostachys siamensis Gamble. (Bambu Jepang) di Jawa.
Di Indonesia jenis-jenis bambu ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (kontruksi), Transportasi, Pembuatan alat musik seperti angklung, kuliner, kerajinan rumah tangga dan ornamen, serta sebagai bahan pengobatan alami.
Meski memiliki banyak spesies dan dulu tersebar luas di Indonesia, kini beberapa jenis bambu mulai langka dan sulit ditemukan. Kelangkaan ini terjadi lebih disebabkan oleh konversi lahan menjadi daerah pemukiman.
Kalau di desa saya, bambu masih tumbuh dengan suburnya meskipun terbatas pada jenis Bambusa arundinacea (Bambu Ori) dan terkadang Bambu Apus (Gigantochloa apus). Bagaimana dengan di tempat sobat?.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Bangsa: Bambuseae.
Referensi:
  • www.bambooweb.info
  • www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/l_bambu.htm
  • www.antaranews.com/berita/1294915850/37-jenis-bambu-di-jabar-hampir-punah
  • Gambar: www.bambooweb.info

Sejuta manfaat bambu bagi kehidupan


Banyak orang yang menilai bambu hanya sekadar tanaman biasa.-Bahkan ada yang mengatakan bambu identik dengan kemiskinan. Di balik semua itu temyata bambu memiliki sejuta manfaat dari segi sosial, ekonomi dan budaya.
Tanaman bambu selain merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, dengan sistem perakaran serabut dan akar timpang yang kuat, mempunyai fungsi ekologis yang tinggi di antaranya menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air sehingga dapat menahan longsor.
Selain itu menciptakan iklim mikro yang memungkinan berkembangnya dan tempat hidup mikroorganisme yang lain.

Hasil penelitian J.A. Jensen dari Technical University Eindhoven Belanda pada 2000 menyatakan bahwa tanaman bambu menyerap 62 ton per hektare per tahun dan dapat mengikat sepanjang 20 tahun, sementara tanaman lain hanya menyerap 15 ton per hektare per tahun.
Melihat dari fungsi pentingnya, Alstom Foundation dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) bekerja sama mendukung pelestarian jenis-jenis bambu di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
Program dengan tajuk Serumpun Bambu. Sejuta Manfaat ini diluncurkan Kamis lalu di lokasi workshop Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong, Jawa Barat.

Dalam program Serumpun Bambu, Sejuta Manfaat ini dilakukan penanaman 3.000 pohon yang terdiri dari lima jenis pohon bambu di bantaran Sungai Ciliwung (Cibinong), Bantaran Sungai Cisadane (Bogor) dan bantaran Sungai Pasanggrahan di Jakarta.
"Kelima jenis pohon bambu yang ditanam adalah bambu gombong, bambu tali, bambu hitam, bambu kuning dan bambu betung. Bambu tali ditanam karena yang paling kuat terhadap hama, bambu kuning dan bambu hitam karena hampir langka, bambu bening dan bambu gombong sangat ekonomis," ujar Ketua Pelaksana Yayasan Bambu Indonesia Jatnika.

Kegiatan ini dilakukan sebagai penye-lematan dan pemanfaatan tanaman bambu sebagai upaya rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Alstom yang bergerak di bidang energi dan transportasi tertarik dengan program penanaman bambu ini karena punya komitmen terhadap lingkungan hidup dan yang bermanfaat terhadapmasyarakat.
Pilihan Alstom dalam proyek ini dinilai cerdik. Kenapa? Bila pohon lam yang ditanam harus dijaga sampai 6 bulan, sementara pohon bambu selesai ditanam kita lupakan saja tetap tumbuh.

"Ini sebagai wujud kepedulian kami terhadap pelestarian kenekaragaman hayati dan juga turut serta mengurangi banjir Jakarta," kata Country President Alstom di Indonesia Ed Thiessen.
Menurut Thiessen, sejak berdirinya pada November 2007, Alstom Foundation di seluruh dunia sudah meluncurkan 43 proyek CSR, termasuk tiga proyek di Indonesia, seperti jembatan bersuspensi sepanjang 85 meter di Kabupaten Wajo, Sengkang, Sulawesi Selatan yang menghubungkan dua desa yang terpisah oleh Sungai Cenranae.
Fungsi ekonomis
Sebaran jenis bambu di dunia terdapat lebih dari 1250 jenis yang berasal dari 75 marga. Indonesia yang merupakan daerah tropis terdapat sekitar 159 jenis bambu, 88 di antaranya merupakan jenis endemik atau hanya dapat ditemukan di Indonesia dan hanya 56 jenis di antaranya dapat berfungsi secara ekonomis.
"Dari segi ekonomis sedikitnya 1500 jenis kerajinan yang dibuat dari bambu mulai dari kipas sampai furnitur," kata Jatnika.

Menyadari pentingnya tanaman bambu, kini bermunculan komunitas pencinta bambu di berbagai daerah. Sebut saja Komunitas Pencinta Bambu di Bandung.
Sementara itu Sekretaris Kelompok Tani Lindung Harapan Cijeruk Bogor, Hambali, mengatakan bahwa di desanya kini ada program penanaman 1.000 pohon bambu tiap tahun di bantaran Sungai Cisadane Menurut Hambali, di sekitar area yang terdapat tanaman bambu, selalu ada mata airnya.

Program penananam pohon bambu itu dilakukan untuk menahan longsor aliran sungai yang mengakibatkan banjir di Jakarta."Kami selalu disalahkan orang Jakarta yang suka mengirim banjir. Kami tertarik menanam pohon bambu karena kuat walaupun ditanam di tebing, selain itu munculnya sumber mata air bisa dimanfaatkan oleh warga," kata Hambali.
Camat Cibinong Rudy Gunawan mengatakan pernah membebaskan 5 hektare tanah. Intinya untuk mengamankan sumber mata air di Ciburial Bogor dan di area ini sebagian besar ditanam bambu. Sumber mata air Ciburial dialirkan ke Jakarta sampai ke istana.

HERRY SUHENDRA
Wartawan Bisnis Indonesia